Review Buku Last Partner karya Resia Rose — Normal People ID

Review Buku Last Partner karya Resia Rose

Review Buku Last Partner karya Resia Rose


Di dunia kerja yang serba cepat, ambisi sering kali jadi tameng dari sesuatu yang lebih dalam. Last Partner karya Resia Rose membawa tema itu dengan gaya khas MetroPop: ringan, realistis, dan tetap menyentuh sisi personal manusia yang sibuk menata hidupnya di tengah tekanan pekerjaan.

Tentang Buku

Judul: Last Partner

Penulis: Resia Rose

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Jumlah Halaman: 304 Halaman

Tahun Publikasi: 2025

Dunia Kerja dan Ambisi

Freya adalah manajer marketing muda dengan reputasi luar biasa. Ia cepat, tepat, dan menuntut banyak dari orang-orang di sekitarnya. Segalanya harus sesuai rencana. Tidak ada ruang untuk lambat. Julukan seperti “lady boss” atau “monster” melekat padanya, bukan karena ia jahat, tetapi karena orang lain tidak mampu menandingi kecepatannya. Semua asistennya pergi, sampai datang seseorang bernama Nuno.

Nuno adalah kebalikan dari Freya. Ia tenang, efisien, dan hampir tanpa ekspresi. Tapi justru di situlah keseimbangannya muncul. Di antara dua karakter ini, Resia Rose menulis dinamika yang sederhana namun menarik: dua orang dengan cara berpikir berbeda, dipaksa bekerja berdampingan setiap hari. Dari situ muncul rasa ingin tahu, lalu perlahan berubah menjadi hubungan yang lebih dalam.


Ketika Cinta Tidak Melulu Soal Romansa

Yang menarik dari Last Partner bukan hanya kisah cinta di kantor, tapi juga bagaimana hubungan ini membuka luka lama. Baik Freya maupun Nuno punya masa lalu yang tidak mereka bereskan. Penulis tidak membahasnya dengan melodrama, tetapi dengan percakapan dan kebersamaan kecil di sela jam kerja. Di situ, pembaca mulai melihat sisi manusiawi mereka.

Novel ini berbicara tentang ambisi yang lahir dari ketakutan, tentang orang-orang yang sibuk membuktikan diri, tapi lupa bagaimana rasanya tenang. Lewat hubungan Freya dan Nuno, Resia mengajak kita melihat bahwa kadang orang yang tampak paling kuat justru sedang berusaha paling keras untuk tidak runtuh.

Gaya Penulisan dan Tempo Cerita

Resia Rose menulis dengan tempo cepat dan bahasa yang mudah dicerna. Tidak ada deskripsi berlebihan atau dialog dramatis yang dibuat-buat. Ia tahu kapan harus berhenti, kapan harus memberi ruang bagi pembaca untuk bernapas. Dunia kerja yang digambarkan juga terasa nyata: target yang menekan, rekan kerja yang kompetitif, dan hubungan antar tim yang rapuh tapi hidup.

Meski begitu, ada beberapa bagian yang terasa terlalu cepat diselesaikan. Konflik emosional yang seharusnya bisa lebih dalam kadang hanya disentuh di permukaan. Tapi itu juga bisa dipahami, karena novel ini memang ditujukan untuk pembaca yang mencari bacaan ringan dengan sedikit refleksi, bukan drama berat yang memaksa kita berpikir panjang.

Penutup

Last Partner adalah cerita tentang dua orang yang sama-sama terbiasa menahan diri. Tentang bagaimana pekerjaan bisa menjadi pelarian, tapi juga ruang untuk bertemu diri sendiri. Novel ini tidak mencoba menggurui, tidak juga berusaha menjadi rumit. Ia sekadar mengingatkan bahwa kadang, “partner terakhir” bukan tentang siapa yang kita temui, melainkan tentang keberanian untuk berhenti berlari dan memberi kesempatan pada diri sendiri untuk sembuh.

Bagi kamu yang suka bacaan ringan dengan latar kerja dan sedikit sentuhan refleksi, Last Partner bisa jadi pilihan yang tepat. Tidak bertele-tele, tapi tetap punya makna. Dan di antara tumpukan target serta rapat tanpa akhir, mungkin kamu juga akan bertanya seperti Freya dan Nuno: apakah semua kecepatan ini benar-benar membuat kita sampai di tempat yang kita mau?

0 comments