Review Buku Musim yang Tak Sempat Kita Miliki karya Rintik Sedu — Normal People ID

Review Buku Musim yang Tak Sempat Kita Miliki karya Rintik Sedu

Aku selesai membaca Musim yang Tak Sempat Kita Miliki karya Rintik Sedu, dan ini adalah karya pertamanya yang aku baca. Judulnya bikin penasaran. Terasa akrab, seolah pernah singgah di hidup sendiri.


Judul Buku: Musim yang Tak Sempat Kita Miliki
Penulis: Rintik Sedu
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 272 halaman
Tahun Publikasi: 2025


Bercerita tentang Rani, seorang editor di penerbitan, yang sedang mengerjakan proyek besar. Di tengah dunia kerja yang menuntut rapi dan profesional, Rani justru dipaksa berhadapan dengan masa lalunya. Bukan masa lalu yang gaduh. Tidak ada pertengkaran hebat atau luka yang ditinggalkan dengan sengaja. Hanya hubungan dan kesempatan yang tidak pernah benar-benar sempat dimiliki. Dan mungkin, justru itu yang paling sulit.

Setting cerita terasa dekat. Dunia kerja, proyek kreatif, deadline, dan keputusan-keputusan yang harus diambil ketika perasaan belum tentu sejalan dengan logika. Semuanya terasa seperti kehidupan sehari-hari yang kita jalani tanpa banyak disadari. Tidak dilebih-lebihkan. Tidak pula dibuat romantis berlebihan.

Sepanjang membaca, aku sempat greget dengan Rani. Terutama saat ia terasa lama sekali menangkap sinyal perasaan dari Surya. Ada dorongan untuk bertanya, kenapa tidak sekarang saja, kenapa harus menunggu. Tapi semakin jauh membaca, aku justru melihat diri sendiri di sana. Rani bukan tokoh yang reaktif. Rani berpikir, menimbang, dan memberi waktu pada dirinya sendiri sebelum mengambil keputusan. Ia memilih berhenti sejenak, sesuatu yang sering kita lakukan ketika takut salah langkah.

Aku menyelesaikan buku ini dalam sekali duduk. Bukan karena ceritanya penuh kejutan, tetapi karena alurnya berjalan pelan dan terasa akrab. Setiap bab seperti percakapan yang tidak ingin segera diakhiri. Ringan, tapi tidak kosong.

Yang paling aku hargai dari buku ini adalah caranya menutup cerita. Rani menyelesaikan masa lalunya dan pekerjaannya dengan cara yang dewasa. Tidak berisik. Tidak meledak-ledak. Seolah buku ini paham bahwa tidak semua hal perlu diselesaikan dengan emosi besar untuk bisa terasa tuntas.

Mungkin tidak semua yang datang terlambat harus ditolak. Tapi tidak semua yang datang juga harus dipaksakan.

Musim yang Tak Sempat Kita Miliki terasa seperti pengingat pelan. Tentang hubungan yang tidak pernah benar-benar dimulai, tapi tetap meninggalkan jejak. Tentang masa lalu yang bukan untuk diulang, melainkan untuk disadari.

Buku ini cocok dibaca saat kita sedang tenang, tapi menyimpan satu cerita yang belum sepenuhnya selesai. Bukan untuk kembali. Untuk selesai.


0 comments