Review Buku Katanya, Bullying Melatih Mental karya Waitatiri — Normal People ID

Review Buku Katanya, Bullying Melatih Mental karya Waitatiri

Kalimat seperti biarin saja, itu cuma bercanda, atau memang sudah begitu sudah lama menjadi bagian dari keseharian. Ia terdengar sederhana, tetapi dampaknya panjang. Dengan kalimat-kalimat itulah kekerasan sering diberi ruang untuk terus berulang.

Waitatiri mengangkat realitas ini sebagai pintu masuk bukunya. Ia tidak langsung berbicara tentang korban semata, tetapi tentang cara berpikir kolektif yang membuat bullying terlihat wajar. Di sekolah, di rumah, di komunitas, pola ini terus direproduksi tanpa banyak pertanyaan.


Judul Buku: Katanya, Bullying Melatih Mental
Penulis: Waitatiri
Penerbit: Akhir Pekan Tiba
Jumlah Halaman: 135 halaman
Tahun Publikasi: 2025


Buku ini dibagi menjadi enam bab yang disusun secara runtut dan saling berkelindan.

1. Katanya, Semua Baik-Baik Saja

Bab pembuka yang menunjukkan bagaimana kekerasan sering disamarkan sebagai sesuatu yang masih dianggap wajar dan tidak perlu dibesar-besarkan.

2. Katanya, Itu Cuma Bercanda

Mengulas bagaimana candaan menjadi alat paling aman untuk menyelipkan kekerasan verbal dan psikologis tanpa harus bertanggung jawab.

3. Katanya, Lupakan Saja

Membahas bagaimana korban kerap didorong untuk cepat berdamai, tanpa proses pemulihan yang layak.

4. Katanya, Mereka Juga Tersakiti

Perspektif pelaku dibuka di sini. Waitatiri menunjukkan bahwa banyak pelaku kekerasan tumbuh dari luka yang tidak pernah diselesaikan.

5. Katanya, Memang Begitu

Bullying dibedah sebagai tradisi yang diwariskan. Sesuatu yang dilakukan bukan karena benar, tetapi karena sudah lama dilakukan.

6. Katanya, Bullying Melatih Mental

Bab kunci yang membongkar mitos terbesar. Kekerasan tidak membentuk ketangguhan, melainkan membangun pola bertahan yang menyimpan dampak jangka panjang.


Secara isi, buku ini memberikan penjelasan yang runut dan sistematis, dimulai dari pengertian bullying, perbedaan bullying dengan kenakalan remaja, bentuk-bentuk bullying, dampak bullying bagi korban dan pelaku hingga pada bab akhir, mengapa isu ini harus dipedulikan sebagai persoalan bersama

Di bagian analisis sosialnya, Waitatiri juga menjelaskan Bullying Circle menurut Dan Olweus, yang menunjukkan bahwa bullying tidak hanya melibatkan pelaku dan korban. Di dalamnya ada pendukung pelaku, penonton yang diam, pihak yang ragu bertindak, hingga mereka yang sebenarnya bisa menghentikan tetapi memilih tidak bergerak. Kerangka ini menegaskan bahwa bullying adalah persoalan sistem, bukan sekadar konflik individu.


Katanya, Bullying Melatih Mental menyadarkan satu hal penting. Bullying jarang berdiri sebagai tindakan tunggal. Bullying hidup karena ada pembiaran, ada pembenaran, dan ada kebiasaan untuk menutup mata.


Pertanyaan mendasarnya sederhana. Jika semua orang tahu bullying itu menyakitkan, mengapa bullying tetap dianggap normal? Di sinilah buku ini berbicara. Buku ini tidak menawarkan simpati berlebihan, tetapi mengajak pembaca melihat logika yang rusak di balik normalisasi kekerasan.

Setelah seluruh bab dibaca, kesimpulan buku ini terasa jelas. Bullying tidak akan berhenti hanya dengan nasihat moral. Bullying membutuhkan perubahan cara berpikir. Tentang bagaimana kita mendefinisikan disiplin, tentang bagaimana kita memaknai candaan, dan tentang bagaimana kita memilih untuk peduli atau tidak.

Pada akhirnya, Katanya, Bullying Melatih Mental berdiri sebagai buku yang fungsional sekaligus reflektif. Katanya, Bullying Melatih Mental tidak hanya menjelaskan apa itu bullying, tetapi juga mengajak pembaca memahami akar, dampak, dan cara bersikap yang lebih bertanggung jawab. Buku ini sangat relevan dibaca oleh guru sebagai garda depan di sekolah, orang tua sebagai pelindung terdekat anak, serta remaja sebagai kelompok yang paling rentan sekaligus paling berdaya untuk memutus mata rantai perundungan. Membaca buku ini seperti diajak berhenti sejenak, lalu berpikir ulang tentang cara kita memperlakukan satu sama lain.

0 comments